PENDIDIKAN ABK dan INKLUSIF
Minggu, 22 Juli 2012
Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and development).
Ilustrasi
Andika adalah seorang anak yang berusia 7 tahun dan duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Andika memiliki kelainan fisik yaitu jari-jari tangan kirinya hanya 4 buah. Sebuah kecelakaan menyebabkan ibu jarinya harus dipotong (amputasi), sehingga Andika termasuk anak yang memiliki kecacatan yaitu jari. Andika tidak memerlukan bantuan khusus dalam proses pembelajaran di sekolah dan sosialisasi di lingkungannya. Di lain pihak ada seorang anak bernama Amanda usia 7 tahun, dia secara fisik (kesan lahiriah) terlihat tidak berbeda dengan anak-anak lain sebayanya, tetapi setelah masuk kelas mengikuti proses pembelajaran, Amanda terlihat bingung dan selalu ketinggalan dalam prestasi belajar dengan teman-temannya, bahkan tidak mampu mengikuti proses pembelajaran di kelas. Ternyata Amanda memang tidak mampu mengikuti proses pembelajran seperti teman-temannya, Amanda memerlukan cara atau metode tersendiri (khusus) dalam mengikuti proses pembelajarannya. Setelah mendapatkan layanan pembelajaran tersendiri sesuai dengan keadaannya, Amanda dapat mencapai prestasi belajar rata-rata kelas.
Dari dua ilustrasi tersebut yaitu Andika dan Amanda maka untuk memahami anak berkebutuhan khusus berarti kita mesti melihat adanya berbagai perbedaa bila dibandingkan dengan keadaan normal, mulai dari keadaan fisik sampai mental, dari anak cacat sampai anak berbakat intelektual. Perbedaan untuk memahami anak berkebutuhan khusus dikenal ada 2 hal yaitu interindividual dan intraindividual.
1. Perbedaan Interindividual
Berarti membandingkan keadaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal, diantaranya perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan intelektual), kemampuan panca indera (sendory), kemampuan gerak motorik, kemampuan komunikasi, perilaku sosial, dan keadaan fisik.
Perkembangan akhir-akhir ini adanya perbedaan dalam pencapaian prestasi belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran. Hal ini dimungkinkan dengan adanya standar kompetensi yang harus dimiliki siswa untuk setiap tingkat atau level kelas yang telah dirumuskan secara nasional. Standardisasi alat ukur untuk setiap mata pelajaran pada setiap tingkat kelas memang harus segera diadakan sesuai dengan kurikulum yang telah disusun (curriculum-based asssesment). Jika memang prestasi anak berada jauh di bawah standar kelulusan, maka dimungkinkan anak ini masuk kelompok anak berkebutuhan khusus.
Selain perbedaan dalam prestasi akademik, juga perbedaan kemampuan akademik. Untuk mengetahui kemampuan akademik ini biasanyadigunakan tes kecerdasan yang dapat mengukur potensi kemampuan intelektual yang dinyatakan dengan satuan IQ. Secara teoritis keadaan populasi IQ anak akan mengikuti kurve normal, dimana anak yang memiliki IQ pada posisi ekstrim -2 dan +2 standar deviasi kurve normal, maka perlu diperhatikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Perbedaan ini tidak sekedar berbeda dengan rerata normal, tetapi perbedaan yangsignifikan, sehingga anak tersebut memang memerlukan praktek pendidikan dan pengajaran khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Perbedaan Intraindividual
Adalah suatu perbandingan antar potensi yang ada dalam diri individu itu sendiri, perbedaan ini dapat muncul dari berbagai aspek meliputi inte;ektual, fisik, psikologis, dan sosial. Sebagai ilustrasi, ada seorang siswa yang memiliki prestasi belajar sangat cemerlang tetapi dia sangat tidak disenangi oleh teman-temannya karena dia bersifat tertutup dan individualis, dan sulit diajak kerja sama. Dari gambaran tersebut maka dapat dibandingkan antara kemampuan intelektual dan kemampuan sosial bahwa siswa tersebut cukup signifikan, sehingga siswa tersebut memerlukan treatment atau perlakuan khusus agar peotensinya dapat berkembang optimal.
Selain masalah perbedaan, ada beberapa terminologi yang dapat digunakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus antara lain:
1. Impairment
Merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2. Disability
Merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3. Handicaped
Merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir premature, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis, dsb.
PENGELOLAAN KELAS INKLUSIF
Jumlah siswa dalam satu kelas adalah 30 siswa yang terdiri dari:
- 29 siswa anak normal
- 1 siswa berebutuhan khusus dengan gangguan pendengaran, yang mana telinga yang masih peka terhadap suara adalah telinga bagian kiri.
Pengelolaan Kelas:
1. Bentuk Ruang Belajar
- Ruangan berbentuk persegi panjang
- Tembok terbuat dari triplek atau kayu karena dapat menyimpan suara
- Terdiri dari 2 buah jendela berventilasi dengan korden dan 1 pintu.
Jendela dibuat hanya berventilasi agar ruangan bisa menerima udara dan tidak pengap
2. Penggunaan Warna
Warna yang dipilih hendaknya warna yang kontras:
a. Dinding bawah berwarna coklat
b. Dinding atas berwarna hijau muda
c. Diantara dinding atas dan dinding bawah terdapat hiasan bunga
d. Korden berwarna kuning
e. Karpet berwarna merah
f. Atap kelas berwarna biru muda
3. Sistem Akustik
- Sistem akustik dari ruang kelas ini adalah tembok yang terbuat dari triplek atau kayu. Triplek atau kayu dapat menyimpan suara. Hal ini dibutuhkan karena dalam kelas tersebut terdapat anak berkebutuhan khusus dengan gangguan pendengaran.
- Selain itu, jendela dibuat berkaca, hanya ada ventilasi di atasnya, juga dibuat berkorden. Hal ini agar udara masih bisa masuk, dengan adanya korden juga bisa meminimalisir suara dari luar.
Dengan adanya sistem akustik tersebut, dapat meminimalisir suara berisik dari luar ruang kelas sehingga tidak mengganggu siswa dengan gangguan pendengaran, proses belajar mengajar pun dapat berjalan dengan efektif.
4. Aksesibilitas
- Aksesibilitas untuk anak gangguan pendengaran adalah alat bantu pendengaran
5. Perabot Kelas
- Siswa duduk di karpet jadi tidak ada kursi atau bangku. Hal ini agar ruang gerak siswa itu tidak dibatasi dan siswa dapat mudah berpindah-pindah
- Ada sound untuk memperkeras suara. Hal ini untuk membantu siswa dengan gangguan pendengaran
- Pintu diusahakan ada di beakang siswa agar siswa bisa lebih konsentrasi
- Terdapat papan tulis di depan
- Dinding ruangan dihiasi dengan:
a. Hasil karya siswa
b. Grafik asesmen perilaku
c. Jadwal piket siswa
d. Pencapaian/prestasi siswa
e. Jam dinding
f. Foto presiden dan wakilnya
g. Garuda
6. Posisi Tempat Duduk
- Berkelompok
Satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok, dalam satu kelompok terdiri dari 5 siswa
- Siswa duduk di karpet, melingkar
- Kelompok yang beranggotakan anak berkebutuhan khusus diusahakan ditempatkan di dekat sound
7. Illumination atau Pencahayaan
Kelas yang bagus adalah kelas yang terang, jadi dalam ruang kelas tersebut pencahayaannya harus bagus, lampu yang dipakai harus terang.
Kamis, 01 Desember 2011
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP MODIFIKASI)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP MODIFIKASI)
NAMA SEKOLAH :
SDN PUCANGRO II Kecamatan Gudo,Kabupaten Jombang
KELAS :
IV
SEMESTER :
I
MATA PELAJARAN :
MATEMATIKA
STANDART KOMPETENSI : 1. Memahami dan menggunakan faktor
dan kelipatan dalam pemecahan masalah
KOMPETENSI DASAR : 1.3 Melakukan operasi hitung
perkalian dan pembagian.
INDIKATOR :
NON
ABK
|
ABK
|
TUNARUNGU
|
|
1.Menghafalkan
perkalian 1-100
2.Melakukan perkalian 1-100
dengan cara susun
|
1. Menghafalkan
perkalian 1-5
2.Melakukan perkalian 1-50
dengan cara susun
|
I.TUJUAN PEMBELAJARAN:
NON
ABK
|
ABK
|
TUNARUNGU
|
|
1.Siswa dapat
menghafalkan perkalian dan pembagian 1-100
2.Siswa dapat melakukan perkalian 1-100
dengan cara susun
|
1.Siswa dapat
menghafalkan perkalian dan pembagian 1-50
2. Siswa dapat melakukan perkalian 1-50
dengan cara susun
|
II.MATERI
AJAR :
PERKALIAN DAN PEMBAGIAN
III.METODE
PEMBELAJARAN : DISKUSI,TANYA JAWAB,PEMBERIAN
TUGAS
IV.KEGIATAN
PEMBELAJARAN :
A.KEGIATAN
AWAL/PRA KEGIATAN
NON
ABK
|
ABK
|
TUNARUNGU
|
|
·
Menertibkan siswa sebelum
memasuki kelas
|
·
Menertibkan siswa sebelum
memasuki kelas
·
Membantu siswa Tunarungu agar
duduk di meja paling depan,dan duduk di dekat teman sebayanya.
|
·
Memotivasi siswa dengan
menyanyikan lagu “satu dikali satu”
|
·
Memotivasi siswa dengan
menyanyikan lagu “satu dikali satu”
·
Guru membantu siswa agar
bernyanyi dengan benar
|
·
Salam Pembuka
|
·
Salam Pembuka
|
·
Guru meminta agar ketua kelas
memimpin do`a
|
·
Guru meminta agar ketua kelas
memimpin do`a
|
·
Guru mengabsensi muridnya satu
persatu
|
·
Guru mengabsensi muridnya satu
persatu,khusus ketika menyebut nama anak Tunarungu,guru melantangkan suara
dan menghadap kepada siswa.
|
·
Memberikan rangsangan tentang
perkalian 1-100(Tanya jawab)
|
·
Memberikan rangsangan tentang
perkalian 1-50 dengan sabar,suara lantang dan menghadap ke siswa
|
B.KEGIATAN
INTI
NON
ABK
|
ABK
|
TUNARUNGU
|
|
·
Guru mengajak siswa untuk menghitung bersama beberapa contoh perkalian
suatu bilangan dengan bilangan satu angka, guru menuliskannya di papan tulis,
contoh pada halaman 51 – 52
|
·
Guru mengajak siswa tunarungu
dengan menghadap ke arahnya(face to face) agar lebih jelas dalam menjelaskan
materi,kemudian siswa Tunarungu di ajak mengerjakan perkalian satu angka 1-50 .
|
·
Setiap siswa berlatih menyelesaikan beberapa soal pada halaman 53 (Berlatih
Tangkas 1 dan Berlatih Tangkas 2) tentang perkalian bersusun suatu
bilangan dengan bilangan satu angka, kemudian didiskusikan bersama guru
|
|
|
·
Guru mengajak siswa untuk menghitung bersama beberapa contoh perkalian
suatu bilangan dengan bilangan dua angka, guru menuliskannya di papan tulis
|
|
·
Guru membagi siswa Tunarungu
berkelompok dengan teman sebaya
|
|
·
Siswa secara berkelompok berlomba menyelesaikan beberapa soal yang
diberikan guru,dan dibantu oleh teman sebaya dalam mengerjakan soal,dengan
pengawasan guru
|
·
Siswa adu kecepatan untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan(papan tulis)
|
·
Siswa adu kecepatan untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan(papan tulis),siswa tunarungu di
minta guru untuk menuliskan hasilnya di papan tulis.
|
|
|
|
·
Guru memberikan soal latihan
kepada siswa secara khusus (perkalian 1-50) dengan sabar dan dengan suara
lantang dan menghadap kesiswa.
|
|
·
Guru meminta siswa tunarunguuntuk mengumpulkan hasil tugasnya,
|
·
Guru
menyimpulkan seluruh kegiatan pembelajaran yang telah di pelajari,jika masih
ada yang belum paham maka siswa boleh bertanya
|
·
Guru
menyimpulkan seluruh kegiatan pembelajaran yang telah di pelajari dengan
suara lantang dan menghadap kepada siswa Tunarungu,dan menanyakan apakah ada
yang masih belum paham dan di tanyakan.
|
|
|
C.KEGIATAN
AKHIR
NON
ABK
|
ABK
|
TUNARUNGU
|
|
·
Guru meminta siswa merangkum
semua materi yang telah di pelajari hari ini dan menuliskannya pada buku
rangkuman siswa
|
·
Guru meminta siswa merangkum
semua materi yang telah di pelajari hari ini dan menuliskannya pada buku
rangkuman siswa,
|
·
Guru memberikan tugas rumah pada
siwa dan hafalan perkalian 1-100
|
·
Guru memberikan tugas rumah kepada
siswa tunarungu dan hafalan perkalian 1-50
|
·
Guru meminta siswa untuk
mengakhiri pembelajaran dengan Do`a
|
·
Guru meminta siswa untuk
mengakhiri pembelajaran dengan Do`a
|
·
Salam penutup
|
·
Salam penutup
|
ALAT/BAHAN/SUMBER
BELAJAR:
- Buku Asyik Berhitung Matematika 4A hal 51-69, penerbit : Yudhistira
- Gambar tentang angka-angka perkalian
PENILAIAN :
·
Prosedur penilaian
Penilaian proses
Penilaian hasil : tes tertulis
·
Bentuk penilaian
Non tes/pengamatan kegiatan siswa saat Tanya jawab, diskusi,
presentasi kelompok, pembelajaran(penilaian proses)
Mengerjakan soal – soal secara tertulis (penilaian hasil)
·
Alat / instrument penilaian
Instrumen
penilaian proses
§
Lembar penilaian proses keaktifan dan kerjasama
saat pembelajaran berlangsung
Instrumen
penilaian hasil
§
Lembar penilaian tes tertulis
LEMBAR INSTRUMEN
PENGAMATAN
(lembar pengamatan
guru)
·
Tabel
Pengamatan Keaktifan Tanya Jawab dan Diskusi (siswa ABK)
No
|
Nama Siswa
|
Sangat Aktif
|
Aktif
|
Cukup Aktif
|
Kurang Aktif
|
Tidak Aktif
|
1.
|
……………
|
………….
|
……..
|
……………
|
…………….
|
……………
|
2.
|
……………
|
…………
|
……..
|
……………
|
…………….
|
……………
|
3.
|
……………
|
…………
|
…….
|
……………
|
…………….
|
……………
|
4.
|
……………
|
…………
|
…….
|
……………
|
…………….
|
……………
|
5.
|
……………
|
…………
|
…….
|
……………
|
…………….
|
……………
|
Keterangan non ABK:
Sangat
aktif = 5
Aktif = 4
Cukup = 3
Kurang
aktif = 2
Tidak
aktif = 1
|
Keterangan ABK:
Sangat
aktif = 3
Aktif = 2
Cukup = 1
|
Langganan:
Postingan (Atom)